Istilah
Asertif dewasa ini sudah sangat populer “mengiang” ditelinga kita,
terlebih-lebih istilah itu sering digunakan sebagai materi Assertiveveness and social Skills training bagi
para karyawan perusahaan untuk meningkatkan profesionalisme kerja.
Banyak Pakar memberikan definisi yang berbeda tapi sama (satu makna)
tentang asertif, berikut diantaranya :
v Asertif
adalah sikap di mana seseorang mampu bertindak sesuai dengan
keinginannya, membela haknya dan tidak dimanfaatkan oleh orang lain.
Selain itu, bersikap asertif juga berarti mengomunikasikan apa yang kita
inginkan secara jelas dengan menghormati tanpa menyakiti orang lain.
v Asertif merupakan ungkapan perasaan, pendapat, dan kebutuhan kita secara jujur, wajar dan tidak dibuat-buat.
v Asertif
adalah sarana untuk menjadikan hubungan kita lebih setara dan
menghindari perasaan direndahkan yang kerap kali datang bilamana gagal
mengekspresikan apa yang sungguh-sungguh kita dambakan.
v Asertif adalah Cara Efektif dalam mengekpresikan diri, mempertahankan harga diri, dan menunjukan rasa hormat kepada orang lain.
v Asertif
adalah kemampuan mengekspresikan hak, pikiran, perasaan, dan
kepercayaan secara langsung, jujur, terhormat, dan tidak mengganggu hak
orang lain. Jadi, berani untuk secara jujur dan terbuka menyatakan kebutuhan, perasaan, dan pikiran dengan apa adanya
v Asertif adalah membina hubungan tanpa melakukan penolakan terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain.
v Asertif
artinya menyadari bahwa andalah penentu perilaku anda sendiri dan anda
dapat memutuskan apa yang anda lakukan atau tidak. Kita juga menyadari
kondisi yang sama yang dihadapi orang lain dan tidak berusaha
mengendalikan mereka.
v Asertif adalah cara kita mengekspresikan pikiran atau perasaan kita kepada orang lain tanpa bermaksud melukainya.
Dari
definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa asertif adalah sikap
positif bukan sikap negatif, asertif bukan agresif yang
selalu merugikan orang lain, asertif bukan perilaku permisif/pasif yang
selalu merugikan diri sendiri, bahkan menurut penelitian di Amerika,
dikatakan bahwa perilaku agresif dan permisif/pasif adalah animal behavior sedangkan asertif adalah human behavior. Jelaslah
bahwa dengan Bersikap Asertif, kita akan mampu mempertahankan
kredibiltas dan eksistensi diri sebagai pribadi yang berguna bagi
lingkungannya.
Ciri-Ciri Asertif dan Sikap Assertivitas
Fensterheim dan Baer, (1980) berpendapat sesorang dikatakan mempunyai sikap asertif apabila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Bebas mengemukakan pikiran dan pendapat, baik melalui kata-kata maupun tindakan.
2. Dapat berkomunikasi secara langsung dan terbuka.
3. Mampu memulai, melanjutkan dan mengakhiri suatu pembicaraan dengan baik.
4. Mampu menolak dan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pendapat orang lain, atau segala sesuatu yang tidak beralasan dan cenderung bersifat negatif.
5. Mampu mengajukan permintaan dan bantuan kepada orang lain ketika membutuhkan.
6. Mampu menyatakan perasaan, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan dengan cara yang tepat.
7. Memiliki sikap dan pandangan yang aktif terhadap kehidupan.
8. Menerima keterbatasan yang ada di dalam dirinya dengan tetap berusaha untuk mencapai apa yang diinginkannya sebaik mungkin, sehingga baik berhasil maupun gagal ia akan tetap memiliki harga diri (self esteem) dan kepercayaan diri (self confidence).
Kedelepan pandangan Fensterheim dan Baer (1980) tentang ciri-ciri individu asertif ini menjadi sebuah penegasan dalam memposisikan kita (secara individu) sebagai manusia merdeka yang mempunyai hak, kewajiban dan martabat yang sama dengan yang lainnya dalam menentukan sikap, bersuara/berpendapat, mengapresiasikan bakat, minat dan kemampuannya. Selain itu, seseorang yang asertif dengan ikhlas dapat menerima dengan lapang dada berbagai kritikan dan saran yang dapat meningkatkan kualitas diri atas berbagai kekurangan dan kesalahan yang pernah/sedang dilakukan tanpa memandang siapa ??? (orang tua / Senior yunior / atasan / bawahan) yang menggugah kita untuk segera terbangun dari keterpurukan.
Formula Membangun Assertivitas
Setidaknya
ada Formula 3 A sebagai sebuah pendekatan yang dapat dilakukan dalam
mewujudkan sikap Assertivitas diri, yang terangkai dalam tiga kata
yaitu Appreciation, Acceptance, Accommodating:
1. Appreciation.
Dengan cepat dan tanggap memberikan penghargaan dan rasa hormat
terhadap kehadiran orang lain sampai pada batas-batas tertentu atas apa
yang terjadi pada diri mereka tanpa menunggu mereka untuk lebih dahulu
memperhatikan, memahami, menghormati dan menghargai kita.
2. Acceptance adalah
perasaan mau menerima, memberikan arti sangat positif terhadap
perkembangan kepribadian seseorang, yaitu menjadi pribadi yang terbuka
dan dapat menerima orang lain sebagaimana keberadaan diri mereka
masing-masing. Dalam hal ini, kita tidak memiliki
tuntutan berlebihan terhadap perubahan sikap atau perilaku orang lain
(kecuali yang negatif) agar ia mau berhubungan dengan mereka. Tidak
memilih-milih orang dalam berhubungan, dengan tidak membatasi diri hanya
pada keselarasan tingkat pendidikan, status sosial, suku, agama,
keturunan, dan latar belakang lainnya.
3. Accomodating.
Menunjukkan sikap ramah kepada semua orang, tanpa terkecuali, merupakan
perilaku yang sangat positif. Keramahan senantiasa memberikan kesan
positif dan menyenangkan kepada semua orang yang kita jumpai. Keramahan
membuat hati kita senantiasa terbuka, yang dapat mengarahkan kita untuk
bersikap akomodatif terhadap situasi dan kondisi yang kita hadapi, tanpa
meninggalkan kepribadian kita sendiri
Formula
diatas dapat dijadikan sebagai pedoman berinteraksi sosial dalam
membina hubungan baik dengan banyak orang, dengan asumsi bahwa orang
lain pun mempunyai hak dan kesempatan yang sama seperti kita. Oleh
karena itu, kita dapat mengemukakan hak pribadi, namun janganlah kita
melupakan untuk memperhatikan hak orang lain pula.
Bersikap Asertif di Institusi Kerja
Banyak
dari kita ragu-ragu, takut, bahkan resisten terhadap sikap Asertif
ditempat kerja, mereka berpendapat sikap tersebut akan mendapatkan
balasan, perlawanan, teguran, peringatan dan banyak lagi
resistensi-resistensi negatif lain yang terus menghantui pikiran kita
untuk tidak bersikap asertif dikarenakan dapat mengancam
keberlangsungan (posisi) kerja kita. Namun yakin dan percayalah bahwa
Asertif bukanlah perilaku agresif, pasif, submisif atau destruktif.
Asertif dalam istilah saya adalah sikap ”Aktif, Reformatif, Objektif, Gentlman, Attractive, Normatif, Selektif dan Inovatif yang dimiliki setiap karyawan dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya mengemban amanah institusi kerja.
Diakui
memang tidak mudah dalam mengimplementasikan sikap asertif ini,
siapapun dan dimanapun situasi dan kondisi kerjanya menuntut kita untuk
mempunyai semangat, motivasi dan keberanian dalam mengapresiasikan ide,
konsep dan gagasan baik yang berkenaan dengan hak dan kewajiban
individu (karyawan) maupun hak dan kewajiban institusi kerja. Jadi garis
bawahilah bahwa Sikap Asertif adalah sikap/energi positif yang dapat
membangun keharmonisan komunitas kerja dan meningkatkan keberlanjutan
organisasi kerja.
Banyak
contoh sikap asertif yang sederhana, mudah dan tak beresiko besar
namun dapat bermanfaat bagi kita dan organisasi, misalnya :
v Selesaikan Pekerjaan yang semestinya (bukan apa adanya)
v Kerjakan Sekarang !!!!!!! Jangan ditunda-tunda
v Tingkatkan kemampuan dalam mengkomunikasian berbagai hal
v Tingkatkan Keterampilan dalam Menangani sebuah pekerjaan
v Yakinkan…anda mampu memperbaiki kesalahan dan kekurangan yang terjadi
v Gigihlah…tanamkanlah benih dan siramilah
v Bersabarlah dalam berbagai hal, penuh pertimbangan jangan terburu-buru
v Perbanyak Komunikasi Kondusif dengan siapa saja tanpa pandang bulu
v Tingkatkan manajamen waktu, dengan lebih mengendalikan diri sendiri dan jadwal anda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar