Sabtu, 04 Agustus 2012

PENGERTIAN PERILAKU AGRESIF

Agresif secara psikologis berarti cenderung ( ingin ) menyerang kepada sesuatu yang dipandang sebagai hal yang mengecewakan, menghalangi atau menghambat ( KBBI : 1995 : 12 ). Perilaku ini dapat membahayakan anak atau orang lain. misalnya, menusukan pensil yang runcing ke tangan temannya, atau mengayun – ayunkan tasnya sehingga mengenai orang yang berada di sekitarnya. Ada juga anak yang selalu memaksa temannya untuk melakukan sesuatu yang ia inginkan, bahkan tidak sedikit pula anak yang mengejek atau membuat anak lain menjadi kesal.
Agresif terjadi pada masa perkembangan. Perilaku agresif sebenarnya sangat jarang ditemukan pada anak yang berusia di bawah 2 tahun. Namun, ketika anak memasuki usia 3 – 7 tahun, perilaku agresif menjadi bagian dari tahapan perkembangan mereka dan sering kali menimbulkan masalah, tidak hanya di rumah tetapi juga di sekolah. Diharapkan setelah melewati usia 7 tahun, anak sudah lebih dapat mengendalikan dirinya untuk tidak menyelesaikan masalah dengan perilaku agresif. Tetapi, bila keadaan ini menetap, maka ada indikasi anak mengalami gangguan psikologis.
Dampak utama dari perilaku agresif ini adalah anak tidak mampu berteman dengan anak lain atau bermain dengan teman – temannya. Keadaan ini menciptakan lingkaran setan, semakin anak tidak diterima oleh teman – temanya, maka makin menjadilah perilaku agresif yang ditampilkannya.
Perilaku agresif biasanya ditunjukkan untuk menyerang, menyakiti atau melawan orang lain, baik secara fisik maupun verbal. Hal itu bisa berbentuk pukulan, tendangan, dan perilaku fisik lainya, atau berbentuk cercaan, makian ejekan, bantahan dan semacamnya.

Perilaku agresif dianggap sebagai suatu gangguan perilaku bila memenuhi persayaratan sebagai berikut :
  • Bentuk perilaku luar biasa, bukan hanya berbeda sedikit dari perilaku yang biasa Misalnya, memukul itu termasuk perilaku yang biasa, tetapi bila setiap kali ungkapan tidak setuju dinyatakan dengan memukul, maka perilaku tersebut dapat diindikasikan sebagai perilaku agresif. Atau, bila memukulnya menggunakan alat yang tidak wajar, misalnya memukul dengan menggunakan tempat minum
  • Masalah ini bersifat kronis, artinya perilaku ini bersifat menetap, terus – menerus, tidak menghilang dengan sendirinya
  • Perilaku tidak dapat diterima karena tidak sesuai dengan norma sosial atau budaya
Lebih lanjut Hidayani menjelaskan bahwa perilaku agresif dapat ditampilkan oleh anak individu ( agresif tipe soliter ) maupun secara berkelompok ( agresif tipe group ). Pada perilaku agresif yang dilakukan berkelompok/grup, biasanya ada anak yang merupakan ketua kelompok dan memerintahkan teman-teman sekelompoknya untuk melakukan perbuatan – perbuatan tertentu. Pada tipe ini, biasanya anak-anak yang bergabung mempunyai masalah yang hampir sama lalu memberikan kesampatan yang sama lalu memberikan kesampatan pada salah satu anak untuk menjadi ketua kelompok. Pada tipe ini sering terjadi perilaku agresif dalam bentuk fisik.
Sedang pada tipe soliter, perilaku agresif dapat berupa fisik maupun verbal, biasanya dimulai oleh seseorang yang bukan bagian dari tindakan kelompok. Tidak ada usaha si anak untuk menyembunyikan perilaku tersebut. Anak tipe ini sering kali menjauhkan diri dari orang lain sehingga lingkungan juga menolak keberadaannya.
Tidak jarang anak-anak ini, baik secara individual atau berkelompok, membuat anak lain mengikuti kemauan mereka dengan cara-cara yang agresif. Akibatnya, ada anak atau sekelompok anak yang menjadi korban dari anak lain yang berperilaku agresif.

pengertian perilaku asertif

Ketergantungan manusia satu dengan yang lain merupakan suatu gejala yang wajar dalam kehidupan. Dalam hubungan tersebut komunikasi merupakan salah satu komponen yang penting. Corak komunikasi akan banyak ditentukan oleh latar belakang orang yang berkomunikasi, seperti kebiasaan dan kepribadian. Agar komunikasi berlangsung secara efektif seseorang perlu memiliki kemampuan asertif.
Asertif berasal dari kata asing to assert yang berarti menyatakan dengan tegas. Menurut Lazarus (Fensterheim, l980), pengertian perilaku asertif mengandung suatu tingkah laku yang penuh ketegasan yang timbul karena adanya kebebasan emosi dan keadaan efektif yang mendukung yang antara lain meliputi : menyatakan hak-hak pribadi, berbuat sesuatu untuk mendapatkan hak tersebut, melakukan hal tersebut sebagai usaha untuk mencapai kebebasan emosi. Sedangkan Taumbmann (l976) menyatakan bahwa asertif adalah suatu pernyataan tentang perasaan, keinginan dan kebutuhan pribadi kemudian menunjukkan kepada orang lain dengan penuh percaya diri. Alberti dan Emmons (Gunarsa, S.D. l98l) mengatakan bahwa orang yang memiliki tingkah laku asertif adalah mereka yang menilai bahwa oraang boleh berpendapat dengan orientasi dari dalam, dengan tetap memperhatikan sungguh-sungguh hak-hak orang lain. Mereka umumnya memiliki kepercayaan diri yang kuat. Menurut Rathus (l986) orang yang asertif adalah orang yang mengekspresikan perasaan dengan sungguh-sungguh, menyatakan tentang kebenaran. Mereka tidak menghina, mengancam ataupun meremehkan orang lain. Orang asertif mampu menyatakan perasaan dan pikirannya dengan tepat dan jujur tanpa memaksakannya kepada orang lain.


Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku asertif adalah tingkah laku interpersonal yang mengungkap emosi secara terbuka, jujur, tegas dam langsung pada tujuan sebagai usaha untuk mencapai kebebasan emosi dan dilakukan dengan penuh keyakinan diri dan sopan.

Ciri perilaku asertif
Mendiskripsikan fakta, bukan menilai.
Contoh : Penyusunan laporan ini tidak rapi.
Tidak menggeneralisir
Contoh : Hari ini kamu terlambat 15 menit. Ini sudah yang ketiga kalinya.
Menggunakan permulaan kata : “Saya” dan bukan “Kamu”
Contoh : Saya ingin bercerita, tetapi tanpa disela.
Menyatakan perasaan maupun opini dengan disertai alasan yang spesifik.
Contoh : Saya marah karena ia tidak memegang janjinya.

Perbedaan asertivitas, agresivitas dan non asertif
Perilaku agresif adalah perilaku yang bertujuan mendominasi dan mendapatkan apa yang diinginkan seseorang dengan cara mengorbankan orang lain. Agresif adalah suatu bentuk perilaku yang secara sengaja bertujuan untuk melukai orang lain secara langsung (Bloom, Coburn & Pearlman, l985; Baron & Byrne, l984).

Contoh : Kamu selalu terlambat
Pekerjaanmu jelek
Saya benci kamu

Antara agresif dan asertif terdapat perilaku tidak asertif. Perilaku ini adalah perilaku yang mempunyai tujuan untuk menghindari sengketa dengan orang lain. Ciri-ciri orang yang memiliki kecenderungan ini adalah mereka yang selalu lebih mendahulukan keinginan orang lain, sukar menyatakan masalah atau hal yang diinginkannya, terlalu mudah mengalah dan mudah tersinggung, cemas serta kurang yakin pada diri sendiri (Fensterheim & Baer, l980). Sebenarnya orang-orang yang tidak asertif ini tahu tentang apa yang seharusnya mereka lakukan ketika berada dalam posisi yang mengharuskan ia berkata apa adanya. Namun mereka memiliki perasaan bahwa jika perasaan itu atau hal-hal tersebut diekspresikan maka orang lain akan membenci dirinya (Goddard, l981). Umumnya hal itu terjadi karena faktor belajar/ pengalaman.

Berbagai faktor yang mempengaruhi perilaku asertif.
Berkembangnya perilaku asertif dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dialami individu dalam lingkungan dan sepanjang hidupnya (Rathus, l988). Tingkah laku ini diduga berkembang sejak anak melakukan interaksi dengan orang tua dan orang-orang dewasa lain di sekitarnya. (Rathus, 1988). Oleh karena itu pengalaman, jenis kelamin kebudayaan, usia, tingkat pendidikan, situasi dan kondisi, dapat menentukan mampu tidaknya seseorang berperilaku asertif.

Kategori perilaku asertif
Lazarus (1973) adalah orang pertama yang mengidentifikasi secara khusus perilaku asertif. Pada prinsipnya asertif adalah kecakapan orang untuk berkata tidak, untuk meminta bantuan atau minta tolong orang lain, kecakapan untuk mengekspresikan perasaan-perasaan positif maupun negatif, kecakapan untuk melakukan inisiatif dan memulai pembicaraan. Rich dan Schroeder (Rakos, l99l) memformulasikan bentuk perilaku asertif sebagai kecakapan ,mengekspresikan emosi baik secara verbal maupun non verbal. Christoff dan Kelly (Gunarsa, l992) menyimpulkan ada 3 kategori perilaku asertif yaitu : asertif penolakan, yaitu ucapan untuk memperhalus, seperti misalnya : maaf !, asertif pujian, yaitu mengekspresikan perasaan positif, seperti misalnya menghargai, menyukai, mencintai, mengagumi, memuji dan bersyukur; ketiga adalah asertif permintaan, yaitu asertif yang terjadi kalau seseorang meminta orang lain melakukan sesuatu yang memungkinkan kebutuhan atau tujuan seseorang tercapai tanpa tekanan atau paksaan. Selain ketiga hal tersebut, kemarahan juga termasuk salah satu kategori asertif. Dalam marah, orang menyatakan kejengkelan, ketidak puasan atau ketidak sesuaian antara yang ia harapkan dengan kenyataan yang ia terima.

Keuntungan berperilaku asertif
Dengan menyatakan apa adanya perasaan atau emosinya seseorang tidak akan dikendalikan orang lain, efektif dalam berinteraksi, lebih dihargai orang lain, menjadi lebih percaya diri dan memiliki rasa puas

Memulai asertif
. Beritikad baik
. Tatap teman bicara
. Kontrol postur tubuh dan suara
. Dengarkan dengan seksama teman bicara
. Untuk mengklarifikasi gunakan pertanyaan
. Berupaya mencari solusi (win-win approach)

pengertian perilaku asertif

Istilah Asertif dewasa ini sudah sangat populer “mengiang” ditelinga kita, terlebih-lebih istilah itu sering digunakan sebagai materi Assertiveveness and social Skills training bagi para karyawan perusahaan untuk meningkatkan profesionalisme kerja.  Banyak Pakar memberikan definisi yang berbeda tapi sama (satu makna) tentang  asertif, berikut diantaranya :

v      Asertif adalah sikap di mana seseorang mampu bertindak sesuai dengan keinginannya, membela haknya dan tidak dimanfaatkan oleh orang lain. Selain itu, bersikap asertif juga berarti mengomunikasikan apa yang kita inginkan secara jelas dengan menghormati tanpa menyakiti orang lain.
v      Asertif merupakan ungkapan perasaan, pendapat, dan kebutuhan kita secara jujur, wajar dan tidak dibuat-buat.
v      Asertif adalah sarana untuk menjadikan hubungan kita lebih setara dan menghindari perasaan direndahkan yang kerap kali datang bilamana gagal mengekspresikan apa yang sungguh-sungguh kita dambakan.
v      Asertif adalah Cara Efektif dalam mengekpresikan diri, mempertahankan harga diri, dan menunjukan rasa hormat kepada orang lain.
v      Asertif adalah kemampuan mengekspresikan hak, pikiran, perasaan, dan kepercayaan secara langsung, jujur, terhormat, dan tidak mengganggu hak orang lain. Jadi, berani untuk secara jujur dan terbuka menyatakan kebutuhan, perasaan, dan pikiran dengan apa adanya
v      Asertif adalah membina hubungan tanpa melakukan penolakan terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain.
v      Asertif artinya menyadari bahwa andalah penentu perilaku anda sendiri dan anda dapat memutuskan apa yang anda lakukan atau tidak. Kita juga menyadari kondisi yang sama yang dihadapi orang lain dan tidak berusaha mengendalikan mereka.
v      Asertif  adalah cara kita mengekspresikan pikiran atau perasaan kita kepada orang lain tanpa bermaksud melukainya.
Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa asertif adalah sikap positif bukan sikap negatif, asertif bukan agresif yang selalu  merugikan orang lain, asertif bukan perilaku permisif/pasif yang selalu merugikan diri sendiri, bahkan menurut penelitian di Amerika, dikatakan bahwa perilaku agresif dan permisif/pasif adalah animal behavior sedangkan asertif adalah human behavior.  Jelaslah bahwa dengan Bersikap Asertif, kita akan mampu mempertahankan kredibiltas dan eksistensi diri sebagai pribadi yang berguna bagi lingkungannya.
Ciri-Ciri Asertif dan Sikap Assertivitas
 
Fensterheim dan Baer, (1980) berpendapat sesorang dikatakan mempunyai sikap asertif apabila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
 
1.       Bebas mengemukakan pikiran dan pendapat, baik melalui kata-kata maupun tindakan. 
2.       Dapat berkomunikasi secara langsung dan terbuka. 
3.       Mampu memulai, melanjutkan dan mengakhiri suatu pembicaraan dengan baik. 
4.       Mampu menolak dan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pendapat orang lain, atau segala sesuatu yang tidak beralasan dan cenderung bersifat negatif. 
5.       Mampu mengajukan permintaan dan bantuan kepada orang lain ketika membutuhkan.
6.       Mampu menyatakan perasaan, baik yang menyenangkan maupun yang tidak  menyenangkan dengan cara yang tepat. 
7.       Memiliki sikap dan pandangan yang aktif terhadap kehidupan. 
8.       Menerima keterbatasan yang ada di dalam dirinya dengan tetap berusaha untuk mencapai apa yang diinginkannya sebaik mungkin, sehingga baik berhasil maupun gagal ia akan tetap memiliki harga diri (self esteem) dan kepercayaan diri (self confidence).
 
Kedelepan pandangan Fensterheim dan Baer (1980) tentang ciri-ciri individu asertif ini menjadi sebuah penegasan dalam memposisikan kita (secara individu) sebagai manusia merdeka yang mempunyai hak, kewajiban dan martabat yang sama dengan yang lainnya dalam menentukan sikap,  bersuara/berpendapat, mengapresiasikan bakat, minat dan kemampuannya. Selain itu, seseorang yang asertif  dengan ikhlas dapat  menerima  dengan lapang dada berbagai kritikan dan saran yang dapat meningkatkan kualitas diri atas berbagai kekurangan dan  kesalahan yang pernah/sedang dilakukan tanpa memandang siapa ??? (orang tua / Senior yunior / atasan / bawahan) yang menggugah kita untuk segera terbangun dari keterpurukan. 
Formula Membangun Assertivitas
Setidaknya ada  Formula 3 A sebagai sebuah pendekatan yang dapat dilakukan dalam mewujudkan sikap Assertivitas diri, yang terangkai dalam tiga kata yaitu Appreciation, Acceptance, Accommodating:
1.       Appreciation. Dengan cepat dan tanggap memberikan penghargaan dan rasa hormat  terhadap kehadiran orang lain sampai pada batas-batas tertentu atas apa yang terjadi pada diri mereka tanpa  menunggu mereka untuk lebih dahulu memperhatikan, memahami, menghormati dan menghargai kita.
2.       Acceptance adalah perasaan mau menerima, memberikan arti sangat positif terhadap perkembangan kepribadian seseorang, yaitu menjadi pribadi yang terbuka dan dapat menerima orang lain sebagaimana keberadaan diri mereka masing-masing. Dalam hal ini, kita tidak memiliki tuntutan berlebihan terhadap perubahan sikap atau perilaku orang lain (kecuali yang negatif) agar ia mau berhubungan dengan mereka. Tidak memilih-milih orang dalam berhubungan, dengan tidak membatasi diri hanya pada keselarasan tingkat pendidikan, status sosial, suku, agama, keturunan, dan latar belakang lainnya.
3.       Accomodating. Menunjukkan sikap ramah kepada semua orang, tanpa terkecuali, merupakan perilaku yang sangat positif. Keramahan senantiasa memberikan kesan positif dan menyenangkan kepada semua orang yang kita jumpai. Keramahan membuat hati kita senantiasa terbuka, yang dapat mengarahkan kita untuk bersikap akomodatif terhadap situasi dan kondisi yang kita hadapi, tanpa meninggalkan kepribadian kita sendiri
Formula diatas dapat dijadikan sebagai pedoman berinteraksi sosial dalam  membina hubungan baik  dengan banyak orang, dengan asumsi bahwa orang lain pun mempunyai hak dan kesempatan yang sama seperti kita. Oleh karena itu, kita dapat mengemukakan hak pribadi, namun janganlah kita melupakan untuk memperhatikan hak orang lain pula.
Bersikap Asertif di Institusi Kerja
Banyak dari kita ragu-ragu, takut, bahkan resisten terhadap  sikap Asertif ditempat kerja, mereka berpendapat sikap tersebut akan mendapatkan balasan, perlawanan, teguran, peringatan dan banyak lagi  resistensi-resistensi negatif lain yang terus menghantui pikiran kita untuk tidak bersikap asertif dikarenakan  dapat mengancam keberlangsungan (posisi)  kerja kita. Namun yakin dan percayalah bahwa Asertif bukanlah perilaku agresif,  pasif, submisif atau destruktif. Asertif dalam istilah saya adalah sikap ”Aktif, Reformatif, Objektif,  Gentlman, Attractive, Normatif, Selektif dan Inovatif  yang dimiliki setiap karyawan dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya mengemban amanah institusi kerja.
Diakui memang tidak mudah dalam mengimplementasikan sikap asertif ini, siapapun dan dimanapun situasi dan kondisi kerjanya menuntut kita untuk mempunyai semangat, motivasi dan keberanian dalam mengapresiasikan ide, konsep dan gagasan baik  yang berkenaan dengan hak dan kewajiban individu (karyawan) maupun hak dan kewajiban institusi kerja. Jadi garis bawahilah bahwa Sikap Asertif adalah sikap/energi positif yang dapat membangun keharmonisan komunitas kerja dan meningkatkan keberlanjutan organisasi kerja.
Banyak contoh sikap asertif yang  sederhana, mudah dan tak beresiko besar namun dapat bermanfaat bagi kita dan organisasi, misalnya :
v      Selesaikan Pekerjaan yang semestinya (bukan apa adanya)
v      Kerjakan Sekarang !!!!!!! Jangan ditunda-tunda
v      Tingkatkan kemampuan dalam mengkomunikasian berbagai hal
v      Tingkatkan Keterampilan dalam Menangani sebuah pekerjaan
v      Yakinkan…anda mampu memperbaiki kesalahan dan kekurangan yang terjadi
v      Gigihlah…tanamkanlah benih dan siramilah
v      Bersabarlah dalam berbagai hal, penuh pertimbangan jangan terburu-buru
v      Perbanyak Komunikasi Kondusif dengan siapa saja tanpa pandang bulu
v      Tingkatkan manajamen waktu, dengan lebih  mengendalikan diri sendiri dan jadwal anda

Contoh sederhana sikap asertif diatas, secara perlahan tapi pasti akan menempatkan anda pada situasi dan kondisi yang sangat menyenangkan, mempunyai rasa aman, nyaman, dihormati dan dihargai bukan karena jabatan dan kekuasaan yang anda miliki saat ini tapi lebih kepada karena sikap positif (perangai baik) yang  anda lakukan  terhadap komunitas kerja dan institusi kerja.  Sekaranglah waktunya kita menunjukan sikap asertif ini, tak ada teori yang menyebutkan  ada konsekuensi logis yang dapat merugikan sikap ini.